FAJR

Aku setuju. Sudah banyak penyair yang mengangungkan senja. Berfilosofis. Banyak puisi tercipta. Banyak angan yang digantungkan. Ia menjadi pujaan banyak orang.

Namun, senjaku hambar. Entah mengapa aku lebih suka menikmati udara fajar yang masih dingin. Aku suka mengambil air yang mengalir, membasuh muka, merasakan denyut nadi, degup jantung, serta setiap nafas yang masih bisa dihirup; agar lebih bersyukur menyambut hari.

Fajar pun mempersembahkan hal yang lebih berharga dari dunia seisinya. Dua rakaat dan salam untuk semua penghuni semesta sebelum Subuh ditunaikan. Lalu aku memeluk langit; merasakan hadirnya Allah Azza wa Jalla.

Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhai-Nya. [Q.S. Al-Fajr: 27-28]

Leave a Reply

Your email address will not be published.