Suzash's Journal

"Bukan muara yang ditimbanya, sudah disauk dari hulunya"

Suzash's Journal

KELUARGA CEMARA

 

Cemara adalah anak kedua dari keluarga Abah dan Emak. Keluarga ini dikepalai oleh Abah yang berprofesi sebagai penarik becak dan didampingi oleh Emak sang Ibu yang juga ikut serta mencari rupiah dengan membuat Opak; makanan yang berbahan ketan dan dipanggang di atas bara. Opak-opak tersebut kemudian dijual oleh Euis, kakak pertama Cemara sekaligus anak sulung Abah dan Emak. Anak bungsu di keluarga mereka bernama Agil. Keluarga sangat sederhana ini hidup mengandalkan kejujuran yang ternyata tidak selalu mulus. Tapi potongan-potongan kisah mereka selalu hangat dan dekat.

Abah dan Emak adalah potret orang tua kebanyakan; berpeluh demi kelangsungan bahtera keluarga kecil mereka. Siang malam bekerja; kadang pulang masih berdebat tentang kesulitan ekonomi yang dialami keluarga, tentang betapa inginnya Abah dan Emak membahagiakan ketiga anak mereka walau terhalang kejamnya rupiah.

Saya bahagia. Potongan cerita serial keluarga yang lagunya sangat hits pada masanya itu ternyata terekam dalam sebuah buku. Terima kasih, Arswendo Atmowiloto karena sudah menghadirkan sebuah keluarga hangat di tengah hari-hari yang penat. Membaca ini kembali menyadarkan saya, kok akhir akhir ini suka baca buku yang bertema keluarga? Terus kok yang diceritakan dalam dua serial favorit saya ini kebetulan anak sulungnya perempuan; ia kuat bahunya, tegar punggungnya, serta ikut menjadi pilar pertama rumah kedua orang tuanya. Duh, jadi sayang sama Euis dan Eliana karena senasib (cek post serial Anak-anak Mamak) huehe.

Alasan suka baca buku bertema keluarga ya, hm, setelah ku pikir-pikir ada dua; mungkin karena rindu dengan Bapak, Ibuk, dan Salma atau…. mungkin saja karena ingin segera berkeluarga *eh *kok *gitu *sih

Semoga masing-masing dari kita senantiasa memiliki keluarga yang hangat dan dekat, ya; seperti Keluarga Cemara misalnya. Karena….. harta yang paling berharga adalah keluarga. Istana yang paling indah adalah keluarga. Puisi yang paling bermakna adalah keluarga. Mutiara tiada tara adalah KELUARGA.

Ea. Nyanyi.

SERIAL ANAK-ANAK MAMAK


Anak-anak mamak ada empat; sebagai bukti cinta, Mamak selalu berteriak agar keempatnya pergi mengaji di surau bersama Nek Kiba. Mamak juga pernah menghukum Pukat dan Burlian untuk mencari kayu bakar di kebun seharian karena mereka malas mendengarkan Pak Bin mengajar di sekolah; mereka malah memilih menangkap capung untuk dijual di kota. Setiap hari Mamak juga mengomeli Amelia hingga menangis agar ia dapat membereskan kamar, memasak, dan menata rumah dengan benar semenjak kepergian Eliana ke kota kecamatan. Paling gempar, Mamak pernah berlarian meninggalkan tungkunya di dapur dan memarahi Eliana yang berani adzan di surau; menggemparkan satu kampung. Konon, Eliana ditantang Anton untuk berduel. Ia sebal diejek dan ingin membuktikan perempuan bisa melakukan hal yang biasa anak laki-laki lakukan; namun itu membuat Mamak melayangkan panci ke hadapannya.Mamak galak. Ia sempat mengecewakan Burlian, membuat Pukat kesal, memancing tangis Amelia, dan sempat membiarkan Eliana pergi dari rumah berhari-hari. Mamak paling suka menghukum mereka tidur di luar rumah dan tidak memperbolehkan mereka makan malam jika ada salah satu dari mereka melakukan salah; biar mereka be-la-jar. Begitu kata Mamak yang tentu saja tetap mengalir cinta pada keempatnya di sela-sela rasa tega itu.

Tidak salah jika Eliana yang pemberani, Pukat yang pandai, Burlian yang spesial, dan Amelia yang kuat lahir dari rahimnya.

Dan serial ini salah satu serial yang saya rekomendasikan. Saya memang tidak membaca serial dan novel picisan Tere Liye yang lain; tapi untuk ini saya kecualikan.

Kesimpulan saya; mungkin di serial ini Tere Liye tidak salah menggambarkan rumah idaman. Lalu, ilusi saya, saya kok merasa mirip dengan Mamak ya?
Ah. Kelak saya ingin menjadi seperti Mamak; menjadi rumah.